Lemuria, Bangsa yang Bermigrasi
Membicarakan Sejarah masa lalu
tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini disebabkan cerita-cerita masa lalu
kadang dikumpulkan hanya dari potongan-potongan cerita yang berserakan. Para
ilmuwan , arkeolog, antropolog, dan peneliti berusaha merekonstruksi potongan
tersebut menjadi cerita yang utuh. Namun, tetap saja cara ini menciptakan
banyak versi. Karena di dalamnya pula melibatkan interpretasi yang sangat sukar
menghindari subjektivitas.
Tidak dapat dipungkiri, sejarah peradaban manusia di dunia masih dilingkupi banyak misteri. Berpijak pada peninggalan-peninggalan arkeologis yang berhasil ditemukan sejauh ini, sepertinya kita tidak dapat meremehkan apa yang telah dicapai manusia tempo dahulu. Peradaban yang mereka bangun bahkan tidak menutup kemungkinan lebih maju dan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dicapai manusia zaman sekarang.
Namun, mengapa nenek moyang kita hanya meninggalkan setumpuk artefak-artefak bisu yang membuat kita semakin bertanya-tanya apakah gerangan yang terjadi?
Diceritakan legenda turun-temurun bangsa Lemuria telah meninggalkan bumi menuju suatu planet yang berkarakter mirip bumi. Planet itu adalah Planet Erra atau Terra yang bertempat di gugus bintang Pleiades. Bangsa ini terpaksa mengungsi karena diserang oleh bangsa Athlean penghuni Kerajaan Atlantis.
Lemuria adalah peradaban kuno yang diperkirakan hidup pada periode 75000 SM-11000 SM lebih tua dari peradaban Atlantis. Pulau Ester atau Pulau Paskah ditengarai merupakan sisa peradaban Lemuria. Pulai ini mendapatkan keajaiban khusus bagi arkeolog karena di tempat ini sebuah keajaiban dipertontonkan. Pulau yang kurang lebih seluas 4000 km dikelilingi ratusan patung batu Moai yang berukuran raksasa. Ratusan patung besar itu kira-kira tingginya 33 sampai 66 kaki dan beratnya 14 sampai 80 ton.
Tidak dapat dipungkiri, sejarah peradaban manusia di dunia masih dilingkupi banyak misteri. Berpijak pada peninggalan-peninggalan arkeologis yang berhasil ditemukan sejauh ini, sepertinya kita tidak dapat meremehkan apa yang telah dicapai manusia tempo dahulu. Peradaban yang mereka bangun bahkan tidak menutup kemungkinan lebih maju dan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dicapai manusia zaman sekarang.
Namun, mengapa nenek moyang kita hanya meninggalkan setumpuk artefak-artefak bisu yang membuat kita semakin bertanya-tanya apakah gerangan yang terjadi?
Diceritakan legenda turun-temurun bangsa Lemuria telah meninggalkan bumi menuju suatu planet yang berkarakter mirip bumi. Planet itu adalah Planet Erra atau Terra yang bertempat di gugus bintang Pleiades. Bangsa ini terpaksa mengungsi karena diserang oleh bangsa Athlean penghuni Kerajaan Atlantis.
Lemuria adalah peradaban kuno yang diperkirakan hidup pada periode 75000 SM-11000 SM lebih tua dari peradaban Atlantis. Pulau Ester atau Pulau Paskah ditengarai merupakan sisa peradaban Lemuria. Pulai ini mendapatkan keajaiban khusus bagi arkeolog karena di tempat ini sebuah keajaiban dipertontonkan. Pulau yang kurang lebih seluas 4000 km dikelilingi ratusan patung batu Moai yang berukuran raksasa. Ratusan patung besar itu kira-kira tingginya 33 sampai 66 kaki dan beratnya 14 sampai 80 ton.
Pulau Paskah (bahasa Polinesia:
Rapa Nui, bahasa Spanyol: Isle de Pascua) adalah pulau yang terletak di selatan
Samudra Pasifik. Secara administratif pulau ini termasuk wilayah Provonsi Valparaiso,
Cili.
Sergio Rapu, seorang arkeolog yang meneliti Pualu Paskah menemukan arti dari nama moai, yakni "wajah hidup leluhur kami". Dia memperkirakan pembuatan patung-patung itu sebagai bentuk pemujaan kepada leluhur mereka. Wajah patung yang membelakangi lautan dan menghadap perkampungan dipercaya sebagai cara leluhur melindungi dan menjaga para penduduk pulau itu.
Sergio Rapu, seorang arkeolog yang meneliti Pualu Paskah menemukan arti dari nama moai, yakni "wajah hidup leluhur kami". Dia memperkirakan pembuatan patung-patung itu sebagai bentuk pemujaan kepada leluhur mereka. Wajah patung yang membelakangi lautan dan menghadap perkampungan dipercaya sebagai cara leluhur melindungi dan menjaga para penduduk pulau itu.
Suku Maori
dan suku Samoa yang bertempat tinggal di pulau-pulau sekitar Pasifik memercayai
bahwa dahulu kala pernah ada dataran besar di Pasifik. Penghuni daratan
tersebut memiliki peradaban yang sangat maju. Namun, sebuah peperangan
besar-besaran menghancurkan bangsa tersebut. Perang terjadi antara bangsa
Lemuria dan bagnsa Athlean. Bangsa Atlantis keluar sebagai pemenang dan
menyingkirkan bangsa Lemuria. Namun, episode berikutnya sang pemenang berikut
peradabannya hancur. Bukan diserang bangsa lain, melainkan oleh kekuatan alam.
Bencana besar berupa tsunami dan gempa bumi menenggelamkan dataran yang mereka
tinggali.
Keberadaan bangsa Lemuria berhasil diidentifikasi oleh Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis yang mengadakan penyelidikan terhdapa situs-situs purbakala peninggalan bangsa Maya di Yukatan. Setelah bekerja keras akhirnya Plongeon berhasil menerjemahkan beberapa lembar catatan kuno bangsa Maya. Hasil terjemahan tersebut menginformasikan keberadaan bangsa Lemuria. Bangsa Maya mencatat bahwa bangsa Lemuria berusia lebih tua daripada bangsa Atlantis yang dipercaya sebagai nenek moyang bangsa Maya. bangsa Lemuria dan Atlantis pernah hidup dalam periode waktu yang sama. Sebelum bangsa Atlantis menyerang Lemuria dan sebelum bencana meluluhlantakkan kedua peradaban tersebut.
Melalui pnerawangan Edgar Cayne, seorang spiritualis dari Amerika Serikat (baca: Jejak-Jejak Reinkarnasi) mengungkapkan kehidupan bangsa Lemuria dan Atlantis. Dia menceritakan keberadaan kristal generator raksasa yang dikelilingi kristal-kristal lain sebagai sumber tenaga dan penyembuhan. diceritakan bangsa Lemuria adalah manusia-manusia yang memiliki tingkat spiritual tinggi, menjunjung perdamaian, dan sangat bermoral. Berbeda dengan bangsa Atlantis yang mengandalkan kekuatan fisik dan suka berperang. Hal ini pulalah yang menyebabkan kekalahan Lemuria atas Atlantis.
Lemuria berasal dari kata "mu" atau "Mu-Devi" yang berarti "Tanah Leluhuhr/Ibu Pertiwi". Mu-Devi adalah ibu dewi Hindu Shiva. Di Pulau Paskah berhasil ditemukan beberapa lembaran berisi tulisan. Sampai saat ini tulisan tersebut yang dikenal dengan rongorongo belum dapat diterjemahkan. Guillaume de Hevesy, seorang sarjana dari Honaria berhasil menemukan persamaan karakter rongorongo dengan tulisan prasejarah India Kuno. Pada rongorongo terdapat cap dari Mohenjo-Daro. Rongorongo kemungkinan berarti damai-damai yang isinya tentang dokumen mengenai Pulau Paskah, bagaimaan pembuatan dan pendirian patung raksasa Moai serta eksistensi bangsa Lemuria sendiri.
Keberadaan bangsa Lemuria berhasil diidentifikasi oleh Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis yang mengadakan penyelidikan terhdapa situs-situs purbakala peninggalan bangsa Maya di Yukatan. Setelah bekerja keras akhirnya Plongeon berhasil menerjemahkan beberapa lembar catatan kuno bangsa Maya. Hasil terjemahan tersebut menginformasikan keberadaan bangsa Lemuria. Bangsa Maya mencatat bahwa bangsa Lemuria berusia lebih tua daripada bangsa Atlantis yang dipercaya sebagai nenek moyang bangsa Maya. bangsa Lemuria dan Atlantis pernah hidup dalam periode waktu yang sama. Sebelum bangsa Atlantis menyerang Lemuria dan sebelum bencana meluluhlantakkan kedua peradaban tersebut.
Melalui pnerawangan Edgar Cayne, seorang spiritualis dari Amerika Serikat (baca: Jejak-Jejak Reinkarnasi) mengungkapkan kehidupan bangsa Lemuria dan Atlantis. Dia menceritakan keberadaan kristal generator raksasa yang dikelilingi kristal-kristal lain sebagai sumber tenaga dan penyembuhan. diceritakan bangsa Lemuria adalah manusia-manusia yang memiliki tingkat spiritual tinggi, menjunjung perdamaian, dan sangat bermoral. Berbeda dengan bangsa Atlantis yang mengandalkan kekuatan fisik dan suka berperang. Hal ini pulalah yang menyebabkan kekalahan Lemuria atas Atlantis.
Lemuria berasal dari kata "mu" atau "Mu-Devi" yang berarti "Tanah Leluhuhr/Ibu Pertiwi". Mu-Devi adalah ibu dewi Hindu Shiva. Di Pulau Paskah berhasil ditemukan beberapa lembaran berisi tulisan. Sampai saat ini tulisan tersebut yang dikenal dengan rongorongo belum dapat diterjemahkan. Guillaume de Hevesy, seorang sarjana dari Honaria berhasil menemukan persamaan karakter rongorongo dengan tulisan prasejarah India Kuno. Pada rongorongo terdapat cap dari Mohenjo-Daro. Rongorongo kemungkinan berarti damai-damai yang isinya tentang dokumen mengenai Pulau Paskah, bagaimaan pembuatan dan pendirian patung raksasa Moai serta eksistensi bangsa Lemuria sendiri.
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik!