Momen Eureka

Terkadang ketika kita kesulitan untuk mencari solusi dari suatu masalah kita, secara tiba-tiba dan dalam kondisi yang tak terduga kita mendapatkan solusi pemecahan masalahnya. Ketika makan, ketika terjatuh, ketika melihat kejadian alam yang sangat biasa, atau bahkan saat kita bermimpi. Momen atau waktu ketika terjadi penemuan pemecahan masalah secara tiba-tiba dan tidak terduga itu disebut dengan momen eureka. Penemuan tak terduga itu sendiri disebut dengan efek eureka atau efek “aha”. Dengan kata lain momen eureka adalah momen ketika kita memperoleh efek eureka. Kata “eureka” sendiri diambil dari teriakan Archimedes (287-212 SM). Orang Yunani jenius ini menghasilkan suatu penemuan ketika sedang mandi, lalu berlari sambil telanjang mengelilingi kota dan berteriak “Eureka!”, dalam bahasa Yunani berarti “Saya menemukannya!”
Ada empat ciri – ciri pemecahan masalah yang diperoleh karena efek eureka :
1. Seseorang telah mencapai kebuntuan dan tidak mendapatkan petunjuk ke arah pemecahan masalahnya.
2. Seseorang biasanya tidak dapat menggambarkan proses mendapatkan solusi dari masalahnya, dan penemuannya seringkali terjadi ketika orang itu sedang memikirkan masalahnya.
3.  Solusi dari masalahnya dirasa terjadi secara tiba-tiba.
4. Pemikiran kreatif dan kemampuan kognitif lain dari seseorang digunakan dan dihubungkan dengan wawasan yang luas dari masalah tersebut.

Cara Mendapatkan Momen Eureka

Seringkali kita mengharapkan untuk mendapatkan momen eureka untuk menyelesaikan masalah atau mendapatkan solusi tertentu. Lalu, Bagaimanakah cara untuk memperoleh momen tersebut?

1. Banyak belajar pada masalah (tapi jangan terlalu banyak)
Perlu diketahui bahwa orang-orang yang memperoleh momen eureka tidak begitu saja mendapatkan solusinya tanpa melakukan apapun sebelumnya. Solusi yang datang tiba-tiba itu tidak sepenuhnya datang secara tiba-tiba begitu saja. Diperlukan pengetahuan seputar masalah yang menyangkut dengan sudut pandang, sejarah, cara kerja, dan lain-lain.

Yang perlu diperhatikan, seseorang yang terlalu banyak belajar teori biasanya kurang pengalaman di lapangannya. Pengalaman sangat berbeda dengan pengertian teoritis. Berpikir dalam belajar seperti membaca tentang seekor gajah. Kita dapat mempelajari besarnya, belalainya, matanya, dan sebagainya. Berpikir dalam pengalaman adalah pergi ke kebun binatang, melihat gajah.

Seperti halnya Archimedes yang melihat ketinggian air yang berubah, kita perlu melihat aksi secara nyata di lapangan agar dapat memperoleh sesuatu yang lebih inovatif.

2. Relaksasi
Jangan pernah mengharapkan momen eureka datang ketika pikiran sedang sempit. Pemikiran-pemikiran besar yang didapat secara tiba-tiba diperoleh ketika mereka sedang rileks. Archimedes sedang mandi air hangat. Newton sedang duduk di bawah pohon apel. Einstein sedang ngobrol dengan temannya.

Relaksasi bukan hanya tindakan fisik. Tetapi juga mental. Relaksasi memberikan tempat pada otak kita untuk berpikir kreatif, inovatif dan original.

3. Berdoa
Setelah berusaha jangan lupa berdoa. Karena solusi yang datang secara tiba-tiba ini tidak lepas atas izin dari Yang Maha Kuasa. Berdoa juga dapat menenangkan otak kita.

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan baik!